Rabu, 25 April 2012

[SOSOK] : MARIA AL QIBTIYYAH, ISTRI RASULULLAH YANG TERLUPAKAN


MARIA AL QIBTIYYAH
 Ketika berbicara nama Maria Al Qibtiyah maka ingatan kita akan senantiasa tertuju kepada surat ke 66 ayat pertama :

يا أيها النبي لم تحرم ما أحل الله لك تبتغي مرضات أزواجك والله غفور رحيم
 Artinya : “Hai Muhammad, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “ (QS. At-Tahriim:1)
Seperti halnya Sayyidah Raihanah binti Zaid, Mariyah al-Qibtiyah adalah budak Rasulullah yang kemudian beliau bebaskan dan beliau nikahi. Rasulullah memperlakukan Mariyah sebagaimana beliau memperlakukan istri-istri beliau yang lainnya. Abu Bakar dan Umar pun memperlakukan Mariyah layaknya seorang Ummul-Mukminin. Dia adalah istri Rasulullah satu-satunya yang melahirkan seorang putra, Ibrahirn, setelah Khadijah.

A. Dari Mesir ke Yastrib
Tentang nasab Mariyah, tidak banyak yang diketahui selain nama ayahnya. Nama lengkapnya adalah Mariyah binti Syama’un dan dilahirkan di dataran tinggi Mesir yang dikenal dengan nama Hafn. Ayahnya berasal dan Suku Qibti, dan ibunya adalah penganut agarna Masehi Romawi. Setelah dewasa, bersarna saudara perempuannya, Sirin, Mariyah dipekerjakan pada Raja Muqauqis.
Rasulullah saw. mengirim surat kepada Muqauqis melalui Hatib bin Baltaah, rnenyeru raja agar memeluk Islam. Raja Muqauqis menerima Hatib dengan hangat, namun dengan ramah dia menolak memeluk Islam, justru dia mengirimkan Mariyah, Sirin, dan seorang budak bernama Maburi, serta hadiah-hadiah hasil kerajinan dari Mesir untuk Rasulullah. Di tengah perjalanan Hatib rnerasakan kesedihan hati Mariyah karena harus rneninggalkan kampung halamannya. Hatib rnenghibur mereka dengan menceritakan Rasulullah dan Islam, kemudian mengajak mereka merneluk Islam. Mereka pun menerirna ajakan tersebut.
Rasulullah teläh menerima kabar penolakan Muqauqis dan hadiahnya, dan betapa terkejutnya Rasulullah terhadap budak pemberian Muqauqis itu. Beliau mengambil Mariyah untuk dirinya dan menyerahkan Sirin kepada penyairnya, Hasan bin Tsabit. Istri-istri Nabi yang lain sangat cemburu atas kehadiran orang Mesir yang cantik itu sehingga Rasulullah harus menitipkan Mariyah di rumah Haritsah bin Nu’man yang terletak di sebelah rnasjid.
Maria Al Qibthibiyah : Istri rosulullah dari kalangan Kristen Koptik
Imam Al Baladziri mengomentari Maria :” Sebenarnya Ibunda dari Maria adalah keturunan bangsa Romawi. Maria mewarisi kecantikan ibunya sehingga memiliki kulit yang putih, berparas cantik, berpengetahuan luas, dan berambut ikal.” (hal. 44). Rosulullah terpukau dengan kecantikannya sehingga Maria di tempatkan di rumah Haritsah ibn Al Nu’man karena Maria masih menjadi hamba sahaya nabi. Selama siang dan malam nabi menemani Maria. Akhirnya beliau mengangkat status Maria menjadi lebih baik. (hal.44).
Maria memiliki kulit yang putih dan rambut cokelat ikal yang indah. Maria adalah istri Nabi yang paling cantik. Kecantikan inilah yang membuat Maria dicemburui oleh istri-istri Nabi lainnya. Apalagi setelah Maria mengandung putra Nabi, kecemburuan para istri nabi makin menjadi-jadi. Inilah sebabnya Maria diungsikan ke kampung lain oleh Nabi, supaya kecemburuan ini mereda.
Kecemburuan terhadap Maria membuat Aisyah dan Hafshah dan istri-istri lainnya "bersekongkol" membuat susah Nabi SAW. Para istri Nabi ini ditegur oleh Allah SWT. Kejadian yang menunjukkan bahwa bagaimanapun juga, perempuan adalah makhluk pencemburu yang tidak ingin diduakan.
B. Ibrahim bin Muhammad saw.
Allah menghendaki Mariyah al-Qibtiyah melahirkan seorang putra Rasulullah setelah Khadijah r.a. Betapa gembiranya Rasulullah mendengar berita kehamilan Mariyah, terlebih setelah putra-putrinya, yaitu Abdullah, Qasim, dan Ruqayah meninggal dunia.
Mariyah mengandung setelah setahun tiba di Madinah. Kehamilannya membuat istri-istri Rasul cemburu karena telah beberapa tahun mereka menikah, namun tidak kunjung dikaruniai seorang anak pun. Rasulullah menjaga kandungan istrinya dengan sangat hati-hati. Pada bulan Dzulhijjah tahun kedelapan hijrah, Mariyah melahirkan bayinya yang kemudian Rasulullah memberinya nama Ibrahim demi mengharap berkah dari nama bapak para nabi, Ibrahim a.s.. Lalu beliau memerdekakan Mariyah sepenuhnya. Kaum muslimin menyambut kelahiran putra Rasulullah saw. dengan gembira.
Ibrahim adalah putra beliau satu-satunya yang lahir selepas beliau diangkat sebagai utusan Allah. Betapa gembira beliau menerima karunia Allah tersebut. Apalagi, kala itu usia beliau telah memasuki kepala enam. Kelahiran Ibrahim merupakan suaru kebahagiaan tersendiri. Dengan kelahiran putranya itu, perhatian beliau menjadi sangat besar terhadap sang putra dan juga ibunya. Dan hal itu membangkitkan kecemburuan istri-istri beliau yang lainnya terhadap Maria Al-Qibthiyah.
Kehadiran Maria ternyata membuat kedua istri rosul (Hafsah dan Aisyah) berkonspirasi karena cemburu sehingga turunlah QS.At Tahrim (66) : 1-4 (baca terjemahan Al Qur’annya). Maria melahirkan Ibrahim bin Muhammad pada tahun ke-8 H. Pada hari ke-7 kelahiran Ibrahim, rosulullah mengaqiqahkannya dengan menyembelih 2 ekor domba yang besar, mencukur rambut bayi dan bersedekah kepada orang miskin dengan harta senilai perak yang seukuran dengan timbangan rambut Ibrahim yang telah dicukur. Lalu beliau menyuruh rambut itu dikubur danmenamai bayi itu dengan Ibrahim. (hal. 39-41). Ibrahim lalu disusui oleh seorang istri tukang pandai besi yang bernama Abu Saif yang tinggal di perbukitan Madinah. (hal.40).
Akan tetapi, di kalangan istri Rasul lainnya api cemburu tengah membakar, suatu perasaan yang Allah ciptakan dominan pada kaum wanita. Rasa cemburu sernakin tampak bersamaan dengan adanya pertemuan Rasulullah saw. dengan Mariyah di rumah Hafshah sedangkan Hafshah tidak berada di rumahnya. Hal ini menyebabkan Hafshah marah. Atas kemarahan Hafshah itu Rasulullah rnengharamkan Mariyah atas diri beliau. Kaitannya dengan hal itu, Allah SWT telah menegur lewat firman-Nya:

“Hai Muhammad, mengapa kamu mengharamkan apa yang Allah menghalalkannya bagimu; kamu mencari kesenangan hati istri-istrimu? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “ (QS. At-Tahriim:1)

Aisyah mengungkapkan rasa cemburunya kepada Mariyah, “Aku tidak pernah cemburu kepada wanita kecuali kepada Mariyah karena dia berparas cantik dan Rasulullah sangat tertarik kepadanya. Ketika pertama kali datang, Rasulullah menitipkannya di rumah Haritsah bin Nu’man al-Anshari, lalu dia menjadi tetangga kami. Akan tetapi, beliau sering kali di sana siang dan malam. Aku merasa sedih. Oleh karena itu, Rasulullah memindahkannya ke kamar atas, tetapi beliau tetap mendatangi tempat itu. Sungguh itu lebih menyakitkan bagi karni.” Di dalam riwayat lain dikatakan bahwa Aisyah berkata, “Allah memberinya anak, sementara kami tidak dikaruni anak seorang pun.”
Beberapa orang dari kalangan golongan munafik menuduh Mariyah telah melahirkan anak hasil perbuatan serong dengan Maburi, budak yang menemaninya dari Mesir dan kemudian menjadi pelayan bagi Mariyah. Akan tetapi, Allah membukakan kebenaran untuk diri Mariyah setelah Ali ra. menemui Maburi dengan pedang terhunus. Maburi menuturkan bahwa dirinya adalah laki-laki yang telah dikebiri oleh raja.
Pada usianya yang 16 bulan, Ibrahim jatuh sakit sehingga meresahkan kedua orang tuanya. Mariyah bersama Sirin senantiasa menunggui Ibrahim. Suatu malam, ketika sakit Ibrahim bertambah parah, dengan perasaan sedih Nabi saw. bersama Abdurrahman bin Auf pergi ke rumah Mariyah. Ketika Ibrahim dalam keadaan sekarat, Rasulullah saw. bersabda, “Kami tidak dapat menolongmu dari kehendak Allah, wahai Ibrahim.”
Tanpa beliau sadari, air mata telah bercucuran. Rosulullah menangis…”Menangis adalah bukti kasih sayang sedangkan teriakan itu dari setan.” Ketika Ibrahim meninggal dunia, beliau kembali bersabda,

“Wahai Ibrahim, seandainya ini bukan perintah yang haq, janji yang benar, dan masa akhir kita yang menyusuli masa awal kita, niscaya kami akan merasa sedih atas kematianmu lebih dari ini. Kami semua merasa sedih, wahai Ibrahim… Mata kami menangis, hati kami bersedih, dan kami tidak akan mengucapkan sesuatu yang menyebabkan murka Allah.”

Beliaulah yang sholatinya dengan takbir 4 kali dan memakamkannya di Baqi’ dan bertepatan dengan gerhana matahari. Orang lalu menghubungkan kematian Ibrahim dengan gerhana, namun rosulullah meluruskan,” …Gerhana bulan dan matahari tidak terjadi karena kematian atau hidupnya seseorang…”
Demikianlah keadaan Nabi saw ketika menghadapi kematian putranya. Walaupun tengah berada dalam kesedihan, beliau tetap berada dalam jalur yang wajar sehingga tetap menjadi contoh bagi seluruh manusia ketika menghadapi cobaan besar. Rasulullah saw. mengurus sendiri jenazah anaknya kemudian beliau menguburkannya di Baqi’.

C. Saat Wafatnya
Setelah Rasulullah wafat, Mariyah hidup menyendiri dan menujukan hidupnya hanya untuk beribadah kepada Allah. Dia wafat lima tahun setelah wafatnya Rasulullah, yaitu pada tahun ke-16 hijrah, pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab. Khalifah sendiri yang menyalati jenazah Sayyidah Mariyah al-Qibtiyah, kemudian dikebumikan di Baqi’. Semoga Allah menempatkannya pada kedudukan yang mulia dan penuh berkah. Amin.
Perlu diketahui bahwa istri nabi yang lain dari kalangan yahudi yaitu shafiyah binti huyay dan raihanah.
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

semoga bermanfaat buat teman-teman yang ingin mengetahui seluk beluk keluarga Rasulullah Saw,. GANBATTE.......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar